Pedestrian Part I

Hari ini gw nonton Indosiar. Tanggal 11 Januari 2016. Kalo inget tanggal 11 Januari, gw selalu inget tentang kisah haru temen gue.

2 tahun yang lalu.

Hari ini hujan rintik-rintik. Jam 18.00 WIB tapi langit sudah menunjukkan malamnya. Desah angin sedikit demi sedikit membawa hawa dingin ke permukaan kulitku. Aku terdiam dan melipat kakiku dan mendekatkan lututku ke dada di atas kasur sambil memperhatikan lampu indikator blackberry belagioku apakah berkedip merah atau tidak. Hanya berharap seseorang memberi pesan singkat melalui sistem sms atau short message service. Pesan singkat yang sampai saat ini belum bisa tergantikan dengan yang lain dan tentu saja lebih populer.

Tok.. tok.. tok..

Suara ketukan pintu tiga kali. Kutebak, itu ketukan anak muda. Jadi bukan ibu kos yang biasanya menagih uang kos atau mengingatkan kesalahanku. Benar. Itu Bunga -teman satu jurusanku. Aku masih memperhatikan dengan seksama noda gelap di sekitar jaket jeansnya yang merupakan rembesan tetesan air hujan. Sedetik kemudian, aku menengok wajahnya yang muram dan agak tertekuk membentuk sudut 37 drajat dari garis normal.

"ah, Hai Bunga, Kamu kenapa kok sedih? terus kok tahu kosanku? Tumben banget? sama siapa?" tanyaku heran.

lalu bunga terdiam. dia menaikan arah matanya yang sebelumnya tertunduk sedikit dan memiringkan kepalanya ke arah kananku -ke arah karpet kamarku. Bunga seakan-akan minta diijinkan masuk. Entah bagaimana aku mengartikan bahasa tubuhnya itu. Mungkin karena aku lelaki.

"yaudah masuk dulu Bunga" ajak ku sejenak sambil berdoa dalam hati semoga pacarku tidak datang juga.

kami pun duduk sejenak setelah sebelumnya aku membereskan segala pakaian yang berantakan di atas kasurku yang berwarna hijau dengan motif bunga-bunga coklat.

"Gimana kabar kamu Bunga? Biasanya sama Adina? Kalo ga sama Adina Sama Kretcha?" tanyaku memecah kesunyian.

Bunga berusaha tersenyum dan terlihat menarik nafas panjang. Seakan dunia dalam bahaya dan dia adalah satu-satunya penyelamat yang tersisa dan harus mencari dreamer untuk menghentikan kehancuran masa depan (Adegan  Tommorowland) halah.

"Aku mau minta tolong Mi" jawabnya singkat.

"Tolong apa?" tanyaku keheranan.

"Temenin aku ke Solo" jawabnya singkat.

Aku pun berpikir sejenak. Kota kelahiran Solo itu berada 2 jam perjalanan dari Yogyakarta. Bukan waktu singkat. Butuh tenaga dan dana yang lumayan bagiku yang hidup serba pas-pasan ini.

"Kenapa memangnya ? Ada apa?" tanyaku lagi penasaran.

"Ayahku sakit keras, aku ditelpon disuruh pulang" jawabnya dengan nada sedih.

"`Terus kenapa sama aku Bunga?" tanyaku makin heran.

"Ayahku selalu nanya, 'kamu udah punya pacar belum?' dengan nada bercanda tapi sering. Mungkin beliau ingin ada orang yang menemaniku saat beliau udah ga ada nanti" jawab Bunga serius.

"Ah becanda kamu. Jangan gitu ah, beliau sakit apa?" tanyaku makin mendalam.

"Leukimia level 4" Jawab Bunga.

"Stadium Bunga, kalo level itu game online" koreksiku sambil memaklumi Bunga adalah sesama atlet game online sepertiku.

"Iya itu" jawabnya singkat.

"Yaudah,aku ga berani sebenernya. Aku takut pacarku marah. Tapi kita udah temenan lama, jadi jangan sampe pacarku tahu ya B" jelasku.

"Iya Mi. Kamu bisa nginep ko dirumahku" ajak Bunga.

"Itu soal gampang" jawabku enteng.

Gw gak punya banyak pikiran apa-apa. Negatif atau positif. Tugas gw cuma nganter. That's all.

"O iya Mi.. aku lupa bilang, kalo nanti, semua keluarga besarku bakalan dateng"

Comments