Florina Part I


Sebuah kisah bersambung yang menginspirasi banyak orang.

Saat itu hujan tak pernah turun. Cahaya matahari terik menembus awan dan lapisan stratosfer. Menerpa tanah-tanah basah dan lembab di daerahku. Mencerahkan suasana biosfer yang asri. Walaupun Asri pernah mengacuhkanku.

Aku terbangun menatap jendela kamarku dengan kaca beningnya yang setengah kotor. Menatap kekanan sedikit, melihat kusen kamarku yang berwarna coklat.

Semua tenang.

Sebelum dia datang.

'Blar!'

"Wooy! Masih Tiduur Looo!!"

"Hah.. iya.." kataku setengah malas sambil duduk di atas tempat tidur.

"Buruan ikut gue! Koplak!"

"Ah Iya.." jawabku seduh sedan.

Kemudian aku menurunkan kakiku ke lantai.

Tapi tunggu dulu.

Kakiku!

Kakiku tak dapat digerakkan!

Asagfirullah!

Tidaak!

Semakin aku coba gerakkan, semakin lemas bagian pinggang ke bawah. Aku benar-benar tak dapat menggerakkannya! Semuanya terasa sangat berat! Semuanya terasa sangat ringkih. Aku benar-benar tak tahu apa yang sedang terjadi. Air mataku pun mulai terasa di tulang-tulang pipiku, mulai naik menuju bola mataku. Tanganku tak dapat berbuat banyak. Aku hanya terus dan terus menggerakkan tanganku meraba-raba dan memijit kaki ku sendiri, berusaha sekuat tenaga mencari tahu apa yang menjadi penyebab rasa lmpuh ini. Oh tuhan.

'plok!'

"Lo ngapain coyy??"

"Kaki Gue Ri, Kaki Gue! Kenapa ini Ri!"

'krek'

Bunyi krek barusan adalah bunyi saat tumit ditikam dari atas dengan siku sekuat tenaga. Dilanjutkan dengan teriakan.

'WooYaAAAA!"

Kaki gw.
Sembuh seketika.

Florina Part I- end

Comments